Minggu, 09 Oktober 2011

KENALI TALENTA SI BUAH HATI


Mengenali talenta atau bakat anak tidak semudah yang dibayangkan. Kebanyakan orang tua terlalu terburu-buru menyimpulkan bakat buah hatinya. Padahal, belum tentu misalnya seorang anak berbakat menjadi pelukis hanya lantaran kita melihatnya amat gemar mencorat-coret dinding. Tidak pula serta merta bisa dikatakan anak berbakat menyanyi cuma karena kita mendengarnya hafal satu atau dua lagu. 
Orang tua boleh merasa yakin akan bakat anak ketika sudah diberi kesempatan untuk mencoba semua yang diminatinya. Pula, orang tua akan lebih cepat mengetahui mana yang sebetulnya menjadi bakat anak, hanya jika anak diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mencoba berbagai hal yang memungkinkan di usianya. 
Literatur menyediakan cukup banyak teori yang menjelaskan tentang bakat. Yang populer adalah pengenalan bakat berdasarkan kecerdasan majemuk (multiple intelligence) yang dikembangkan oleh Howard Gardner. Gardner menggunakan istilah kecerdasan sebagai pengganti kata bakat, yaitu kecerdasan logis matematis, musikal, spasial-visual, liguistik verbal, kinestetik, naturalis, interpersonal, intrapersonal, dan eksistensial. Setiap anak pasti memiliki sembilan kecerdasan tersebut, tetapi hanya satu-dua atau lebih yang terlihat cukup menonjol dalam dirinya.
Supaya kecerdasan tersebut berkembang optimal, rangsangan atau stimulasi menjadi kunci penting. Jika tidak diasah, bakat hanya akan terpendam dalam diri anak yang tidak memiliki kesempatan menunjukkan eksistensinya. Bakat semestinya seiring sejalan dengan minat. Sebab, sebelum berkembang optimal, bakat dapat berhenti di tengah jalan bila tidak disertai dengan minat.

CIRI BAKAT
Pada dasarnya orang tua dapat mencium ciri-ciri anak berbakat dengan memperhatikan beberapa hal.
  1. Anak cepat menguasai bidang yang diajarkan. Sebagai contoh, saat sekali dua kali diajari musik ia langsung memperlihatkan kemampuan yang menonjol dibanding anak lain. Itu pertanda ia memang berbakat di bidang musik.
  2. Ciri kedua ditunjukkan oleh hasil optimal yang ditunjukkan anak. Manakala anak selalu memperlihatkan hasil yang optimal saat memperlihatkan kemampuannya, boleh diduga kuat ia memiliki bakat. Tentu saja anak-anak yang sekedar tekun tapi kurang berbakat akan sulit mendapatkan hasil yang setara.
  3. Tidak terlihat bosan denagn bidang yang ditekuninya. Setiap menjalankan kegiatannya ia selalu tampak bersemangat, serta bersedia menerima tantangan demi tantangan.
Setelah mengetahui bakat dan minat anak, saatnya orang tua mencoba membantu mengarahkan dan mengasahnya. Sesekali anak juga perlu dimotivasi untuk mengikuti lomba yang berguna agar orang tua mendapatkan pembanding sekaligus mengasah mental anak. 
Yang paling penting diingat oleh orang tua dalam mengasah bakat anak adalah memberikan arahan dengan cara yang menyenangkan dan tanpa paksaan. Tak jarang orang tua tanpa sadar terlalu menekan anak. Sikap ambisius orang tua bukan cara yang baik untuk mengembangkan bakat dan minat, dan hanya akan membebani si buah hati.

Selamat mengamati....)

(disadur dari Klasika Keluarga, Kompas Minggu 29 Mei 2011)

Tidak ada komentar: