Kamis, 08 Mei 2014

FATHER HUNGER

Ulan semakin besar sekarang. Area bermainnya pun sudah mulai melebar di luar kompleks perumahan. Seringkali membuat janji bersama teman-temannya untuk bermain di suatu tempat. Jika bermainnya jauh, ia dan teman-temannya butuh seseorang yang menjaga. Nah, yang ketiban tugas itu adalah ayah Ulan.
“Lan, hari Sabtu kita main yuk ke KidZania. Tapi, siapa yang jaga kita ya?”, ungkap Zura, teman Ulan.
“Tenang saja. Nanti aku bilang ayahku ya…bisa atau tidak”, jawab Ulan kepada teman-temannya.
Biasanya, ayah Ulan tak akan menolak tawaran itu. Saat-saat seperti itu adalah kesempatan emas bagi para orang tua untuk menjalin kedekatan dengan anak, dan mengetahui dengan siapa saja si anak berkawan dan bagaimana sikap dan tingkah lakunya terhadap teman-temannya. Anakpun merasakan kehadiran ayah (orang tua) saat ia membutuhkan.
Apakah kita dirindukan kehadirannya oleh anak-anak kita? Hmm…itu pertanyaan yang menarik.
Ada istilah keren akhir-akhir ini: Father-Hunger. Kata itu merujuk pada gangguan psikologis yang diderita anak-anak yang tidak ‘mengenal’ ayahnya. Anak-anak yang merindukan kehadiran sosok seorang ayah. Konon, mindset lama yang membagi peran ayah hanya bertugas mencari nafkah dan pengasuhan anak sepenuhnya tanggung jawab ibu turut andil membentuknya.
Ayah hadir secara fisik ketika saat menyediakan uang sekolah, belanja bulanan, namun tak hadir secara psikis dalam jiwa anak. Anak-anak yang mengidap ‘kelaparan’ ini bisa berakibat:
1.    Rendah diri
2.    Childist (kekanak-kanakan)
3.    Tidak mandiri
4.    Gamang menetapkan identitas seksual (cendrung feminine, atau malah hipermaskulin)
5.    Kurang bisa mengambil keputusan
6.    Bagi anak perempuan, tanpa model peran seorang ayah, setelah dewasa ia bisa kesulitan menentukan pasangan yang tepat. Nah…;)
Karena sangat penting kehadiran seoarang ayah, baik secara fisik ataupun psikis, terutama ketika usia Golden Age anak, dimana anak merekam segala sesuatu dalam kehidupannya. Termasuk peran dan sikap ayah terhadapnya.
“Enak, kamu ya, Lan. Ayahmu selalu bisa diajak”, kata Nuha ungkapkan perasaannya.
Yuk, para ayah kita mulai terlibat dalam mengasuh anak-anak kita supaya anak-anak kita tak kehilangan figure seorang ayah.
Sipp!