Sabtu, 15 Oktober 2011

NELAYAN DAN BISNISMAN

Seorang eksekutif sebuah perusahaan besar sedang menikmati liburan di sebuah perkampungan pantai yang eksotik. Ia menyempatkan diri berlibur di sela-sela waktunya yang padat agar pikiran dan tenaganya lebih fresh saat kembali kerja nanti.
Saat berjalan-jalan di pinggiran pantai di sore hari, ia bertemu dengan seorang nelayan yang baru kembali dari laut. Dalam perahu nelayan ada beberapa ekor yellow fin tuna. Iseng-iseng, ia bertanya:
“Baru dari laut nih, Pak? Bagaimana tangkapan hari ini?”
“Lumayan untuk hasil kerja beberapa jam, Tuan”, jawab sang nelayan.
“Kenapa tidak lebih lama sedikit disana? Pasti hasilnya lebih banyak”.
“O..ini cukup untuk makan keluargaku hari ini dan esok”, lanjutnya.
“Lalu, sisa waktu hari ini Bapak lakukan untuk apa?”, tanya sang eksekutif, ingin tahu.
Si nelayan menjawab dengan mantap,”Sore hari aku habiskan waktu bersama anak-anakku, bercanda dan bermain bersama mereka. Bahkan aku masih sempat bersama mereka belajar untuk pelajaran esok hari di sekolah. Setelah itu aku bercengkerama bersama istriku menikmati malam yang indah. Dan berjalan-jalan mengunjungi para teman dan tetangga, mengobrol dan bergembira bersama mereka. Kami punya kehidupan yang cukup sibuk, Tuan!”
Si eksekutif tersenyum meremehkan, ”Saya seorang eksekutif bisnis, bisa membantu Bapak bisa lebih sukses dan menikmati hidup yang lebih nyaman. Mulai sekarang Bapak lebih banyak menghabiskan waktu di laut untuk menangkap ikan. Ambil beberapa untuk kebutuhan keluarga, dan sisanya dijual. Jika sudah punya cukup modal, kita beli beberapa boat yang lebih besar untuk menangkap ikan lebih banyak. Lalu kita perlu bikin website untuk memperluas jangkauan pemasarannya dan rencana jangka panjang untuk keperluan pinjaman modal dari bank”.
“Terus?”, tanya si nelayan.
“Daripada dijual ke perantara, kita bisa menjual langsung ke pengolah ikan. Untung yang diperoleh lebih besar. Bahkan, jika perlu, kita bikin sendiri pabrik pengolahan. Jadi, Bapak bisa mengontrol sendiri produk, proses, dan distribusi”, sarannya. “Beberapa waktu kemudian Bapak bisa pindah ke kota besar mencari peluang untuk pengembangan bisinis. Tugas-tugas operasional tadi bisa didelegasikan atau di-outsource ke pihak ketiga”.
“Aku pasti sangat sibuk mengurusnya dan akan menghabiskan waktu-waktu berhargaku di sore dan malam hari seperti biasa”, tukas sang nelayan.
“Itu cuma sementara kok!”
“Berapa lama itu, Tuan?”
“Kurang lebih 15 – 20 tahun”.
“Setelah itu apa lagi, Tuan?”. Sang nelayan ingin tahu kelanjutan paparan tersebut.
Si eksekutif tersenyum lebar dan tertawa, “Ini bagian terbaiknya. Pada saat yang tepat, Bapak umumkan IPO dan menjual saham perusahaan ke publik...dan jadi jutawan kaya raya!”.
“Jutawan? Kaya raya? Terus...”
“Nah, Bapak bisa pensiun menikmati hidup”, ujar si eksekutif bisnis. “Lalu pindah ke kota kecil di tepi pantai yang eksotik dan tenang, jauh dari keriuhan kota besar. Bapak akan punya cukup waktu bersama anak dan cucu, bercanda dan bermain bersama mereka. Bahkan saya yakin Bapak masih akan sempat bersama mereka belajar untuk pelajaran esok hari di sekolah. Setelah itu Bapak bisa  bercengkerama bersama istri menikmati malam yang indah. Dan berjalan-jalan mengunjungi para teman dan tetangga, mengobrol dan bergembira bersama mereka”.
----------------------------------
Banyak yang mencoba mengejar kesuksesan dan kebahagian dengan mengorbankan kebahagiaan yang justru telah tampak di depan mata. Bahkan sudah pernah dijalani.
Ayah-bunda, seringkali dengan dalih ingin membahagiakan anak-anak, kita bekerja keras sepanjang waktu mengabaikan kedekatan dengan anak. Padahal, keakraban dan kedekatan itulah yang justru  membuat anak-anak kita bahagia.
Bagi mereka, dan mungkin sebenarnya bagi kita, kebahagiaan itu tampak sederhana. Tak rumit memperoleh dan menjalaninya. Yuk, ayah-bunda hari ini libur ini kita manfaatkan waktu bagi kebahagiaan mereka.   

Tidak ada komentar: