Sabtu, 30 Juni 2018

FAMILY BRANDING

BRAND & BRANDING
Merujuk pada ilmu pemasaran, brand atau merk adalah nama untuk suatu produk. Kenapa produk harus diberi nama? Agar produk tersebut dapat dikenal, keluar dari ‘kerumunan’ produk sejenis, dan terlihat oleh kustomer. Syukur-syukur punya nama dan jadi nama generik untuk kategori produk tersebut..

Tapi, kenapa mesti keluar dari kerumunan untuk terlihat calon kustomer?

Hmm..ayo kita pergi ke Tanah Abang dan ambil sebuah ilustrasi. Banyak penjual baju disana dengan model yang sama, ukuran tak terlalu beda, warna pun itu-itu saja. Seragam, jadinya… Beberapa produsen berinisiatif memberikan produk baju itu sebuah nama agar tampak beda. Sebut saja namanya Hasanah, Zahra, Mumtaz, dll.

Cukup? Ternyata banyak yang sekedar memberi nama - bukan identitas unik atau jatidiri - sehingga kustomer pun tetap tak mampu  membedakan dengan produk lainnya. Beberapa nama merk pun mencoba mencari identitas dengan memberi atribut, narasi pada produk, fokus pada konsumen tertentu, dan me-maintain brand. Ada yang bernama Keke yang memiliki narasi produk, Rabbani, atau Shafira untuk segment high class. Proses ini dinamakan Branding

Nah, dari uraian di atas kita bisa menganalogikan dengan keluarga yang hendak kita bangun, apakah keluarga komoditas, seperti Hasanah dan Zahrah, atau seperti Keke dan Rabbani, atau seperti Shafira. Itu tergantung pada keluarga masing-masing. 

Bagaimana proses (Family) Branding? Alur diagram di bawah ini bisa dijadikan panduan:


DISCOVER (MENGGALI)
Berbeda dengan sebuah produk yang pemberian atribut/identitas dilakukan secara outside-in yang berdasarkan insight customer, spesifikasi produk, produk competitor, dll., masing-masing anggota keluarga sudah memiliki atribut atau potensi pemberian Allah SWT. Tugas kita adalah menggali dan mencari potensi masing-masing tersebut. Jadi pencarian ini dilakukan secara secara inside-out. Tahapan ini disebut Discover.
    
Pada tahapan ini yang perlu ditentukan adalah:
  1. Kesamaan/potensi anggota keluarga
  2. Core value/mission
  3. Customer  >>>  berkaitan dengan respon/timbal-balik

Ketimbang menduga-duga sendiri tentang potensi anggota keluarga, lebih nyaman dilakukan bersama anggota keluarga. Ngobrol bareng. Untuk itu perlu diadakan ‘meeting’ atau forum keluarga yang dilakukan secara rutin. Dengan lebih sering ngobrol, bermain, dan beraktifitas bersama keluarga, potensi-potensi tersebut akan lebih cepat ditemukan. Tools atau metode perilaku atau bakat seperti DISC, Stiffin, Talent Mapping, Pandu 45 juga bisa digunakan untuk menggali potensi diri core value keluarga. Di tahapan ini pula My Family My ‘A’ Home Team sangat terasa.


DEFINE (MENENTUKAN)
Tahap ini juga dinamakan tahap pencitraan. Kita ingin dikenal sebagai keluarga yang bagaimana? Apa yang ingin kita sampaikan kepada orang lain tentang keluarga kita? Dengan menganalogikan dengan brand fashion, apakah keluarga yang kita bentuk akan seperti Hasanah? Atau seperti Keke? Atau bahkan semacam Shafira?

Untuk mengkomunikasikannya, kita mesti menentukan:
  1.   Citra/kesan yang ingin ditampilkan
  2.   Indikator/milestone

Contoh: keluarga OmahProject. Mereka ingin dikenal sebagai keluarga yang membentuk dan membangun ‘A’Home Team melalui aktifitas bersama atau project keluarga. Untuk memperkuat persepsi tersebut, mereka menentukan indikator dengan melakukan project -project yang melibatkan semua aggota keluarga dengan peran masing-masing secara konsisten dan berkala.

DESIGN (MERANCANG)
Tahapan ini adalah membuat nama dan tagline sesuai dengan kekuatan keluarga dan kesan yang ingin disampaikan. Bila diperlukan, kita juga bisa membuat logo untuk makin memperkuat branding secara visual atau dengan membuat narasi keluarga untuk memperkuat branding secara audio.

Contoh: logo keluarga Cahyo Suminar

Pada tahapan ini pula, kita merancang aktifitas-aktifitas keluarga sesuai dengan indikator/milestone yang telah kita tentukan di tahap sebelumnya. 

Contoh: keluarga #doyandolan dengan tagline silaturrahim_&_share. Aktifitas yang  senang dilakukan untuk memperkuat branding adalah dengan melakukan perjalanan, berkunjung ke kerabat dan teman, dan berbagi. 
DEPLOY (MENYEBARKAN)
Tahap ini adalah tahap menyebarkan family brand yang sudah dibuat ke khalayak ramai (wuihh!). Bisa dengan mengoptimalkan update status aktifitas di medsos atau menuliskannya di blog (ATL = above the line), dan melalui forum atau komunitas (BTL = below theline). Sesungguhnya nama (brand) adalah sebuah doa. Dengan menyebarkan ke khalayak kita berharap doa keluarga kita tersebut di-Aamiin-kan. 
Dengan menyebarkan kita juga sekaligus mengumpulkan timbal balik dari kustomer atau orang lain apakah kesan yang ingin kita tampilkan sesuai dengan persepsi orang lain. Jika sesuai, maka tujuan kita berhasil. Evaluasi tentang famliy branding bisa dilakukan sendiri dengan menggunakan kuadran Brand Perception.




Dimanakah kuadran keluarga kita?  

RESUME
Manfaat utama family branding adalah:
  1. Nama /brand keluarga adalah seperti kita memberi nama anak, yang merupakan sebuah doa atau harapan. Jadi, nama itu adalah doa agar keluarga kita diberi kesesuaian nama dan nilainya.
  2. Dalam proses tahapannya selalu melibatkan anggota keluarga sehingga bisa saling memahami dan menjadikan ikatan keluarga lebih kuat.
  3. Citra atau pesan keluarga tersampaikan dengan jelas.
  4. Lebih fokus dalam menyusun kegiatan-kegiatan keluarga.
  5. Menjalin networking. Dengan mengetahui kekuatan keluarga kita (FamBrand), orang-orang dengan visi yang sama atau beririsan akan saling mendekat. “Birds of feather flock together, istilahnya.