Selasa, 10 Juli 2018

RESUME KULWAP FAMILY BRANDING

Kulwapp Family Branding ini diinisiasi oleh Ibu Profesional Tangerang Kota dan hampir diikuti oleh para 250 ibu. Antusias sekali ya... Kulwapp dimulai dari pkl 13 - 14, tapi berlanjut hingga menjelang Ashar, pkl 15.00. Wow!

Materi sudah di-share 1 hari sebelumnya sehingga peserta sudah memiliki gambaran tentang membangun Family Branding. Bisa dicheck di link ini:

http://busur-panah.blogspot.com/2018/06/family-branding.html

Di kulwapp tinggal menanyakan yang dirasa belum jelas. Berikut beberapa pertanyaan antusias peserta:



(1) Devi Nurhamidah:
Saya yakin keluarga #doyandolan ini tidak serta merta langsung menjadi keluarga seperti sekarang ini. Saya pikir ini penting untuk kita mengetahui gimana sih awal caranya, koq bisa bunda noor dan pak lukman menyamakan pemikiran? Tentang keluarga #doyandoan ini? 

-> Iya, benar... setiap keluarga tentu memiliki waktu dan kesempatan yang berbeda-beda. Ada yang cepat menemukan, ada yang masih dalam proses. Ada pula sudah menemukan namun di tengah berubah karena mengalami pengalaman hidup yang membuat mereka mengerucut menemukan misi dan visi. Tidak apa-apa, karena hidup adalah proses.

Nah, keluarga #doyandolan terpicu membuat FamBrand saat memperoleh materi di Perak ke-3 oleh Pak Dodik. Berhubung suka dengan bahasan, kami pun mencoba mengolah kekuatan keluarga. Kami coba flashback ke belakang. Ternyata sepulang PERAK ke-2 kami bersilaturrahim ke hampir semua keluarga dan ternyata itu menyenangkan. Maka kami membuat nama doyandolan yang berarti suka jalan atau suka main (silaturrahim). Lalu kami menambahkan makna berbagi dalam proses perjalannnya Dan berdasarkan hasil TM kami memang seirisan bersama di RELATOR & BELIEF.

Dan dalam prosesnya pula kami membuat project-project keluarga yang terfokus pada branding #doyandolan ini sehingga makin membuat kami lebur di dalamnya, misalnya NasBung Pekanan, Goes to East, Kuenak, dll.

Apakah ada kejenuhan ketika menemukan dan menjalankan visi misi keluarga? Alhamdulillah, kami belum pernah mengalami kejenuhan dalam proses perjalanan branding #doyandolan. Justru dengan menggunakan koridor FamBrand ini kami bisa lebih fokus membuat project keluarga yang disukai. Kalaupun nanti ada, kita akan gunakan golden rules-nya: :...dibuat senang saja!"


(2) Yunita - Tangerang
Bagaimana tips /cara membreakdown visi dan misi keluarga yang masih sangat garis besar (anak-anak mnjd anak sholeh/sholehah, bahagia dunia akhirat) menjadi aktivitas harian yang akan bermuara pada visi dan penentuan family branding?

-> Wah, hebat itu sudah bisa merumuskan visi secara garis besar. WHAT-nya sudah bisa dijawab. Tinggal WHY dan HOW. Mengapa mesti menjadi anak sholeh dan bahagia dunia akhirat, terus bagaimana caranya? Untuk mem-breakdown menjadi aktifitas harian bisa dicoba dengan Mantra IP: bermain bareng, berkatifitas, bareng... mana aktifitas yang membuat bahagia dunia akhirat yang menyenangkan semuanya. 

Bagaimana cara menemukan aktifitas yang membuat keluarga enjoy? Monggo dirembugkan...kita bisa tentukan dan membuat happy semua anggota keluarga. Biasanya jika anak-anak diberi andil untuk berperan, mereka jadi suka dan menikmati. Apa yang dilakukan keluarga Yunita dengan berbagi nasi bungkus dan itu menyenangkan semua anggota keluarga bisa dijadikan start untuk menemukan kesamaan dan membuat FamBrand. 


(3) Oshi - Cimahi
Assalamu'alaikum bunda noor dan pak lukman. Saya Oshi, Cimahi. Bismillah, izin bertanya. Seberapa penting-kah family branding ini dibuat? Lalu Bagaimana langkah-langkah untuk mulai menemukan branding keluarga? 
Boleh disharekah cerita perjalanan doyandolan yang paling berkesan?
Dan apakah bayi pun bisa dilibatkan dalam mebangun FamBrand ini?

-> Wassalaamu'alaikum Mbak Oshi...saya sering ke Bandung tapi jarang ke Cimahi. Nah, kalau sdh ada kawan ini bolehlah nanti singgah ...:). Manfaat Family Branding menurut kami adalah:
  1. Yang kami rasakan dalam proses family branding ini adalah kami 'menemukan' diri kami sendiri, baik itu kekuatan maupun tantangannya.
  2. Ada proses inside-out dalam menemukan kekuatan pribadi dan keluarga dan itu menyebabkan bonding kami makin terasa kuat. 
  3. Dalam membuat aktifitas keluarga kami bisa fokus di dalam cakupan branding (dan tagline). Kami meyakini banyak amalan yang bisa dilakukan, namun kami coba fokus dengan amalan yang kami mampu (dan senang) melakukannya
  4. citra dan kredibilitas keluarga tersampaikan dengan jelas


Langkah-langkahnya seperti di materi yang dishare
Discover - Define - Design - Deploy

Perjalanan yang paling berkesan dan baru saja dilakukan adalah project #ngukur_dalan chapter Jawa - Madura kemarin. Selama 30 hari kami melakukan perjalanan, bersilaturrahim ke teman-teman dan berbagi. Yang mengesankan adalah saat berinteraksi dengan teman-teman (beberapa malah baru tatap muka, hanya kenal via medsos) kami merasa terpapar spiritnya. Yang kami kunjungi rata-rata keluarga muda yang menginspirasi kami. Keren!

Bahkan sebelum ada bayi atau belum lahir pun kita bisa membuat branding ini... Bila  kita  memiliki  FamBrand  sebelum  kita  diberikan  amanah  olehNya,  maka  kita  telah  menyiapkan  suatu tempat  yang  insyaAllah  telah  terkondisikan  dengan  kebaikan  saat  sewaktu-waktu kita  diberikan amanah tersebut.


(4) Andari Intan - Bandung
Sebelumnya maafkan jika pertanyaannya lebih sederhana...😁
Ingin tau arti doyandolan itu apa.. dan adakah akun IG /blog yg bisa diakses untuk memanjangkan silaturahmi? 😁

Kalaulah terjadi persamaan fambrand dengan keluarga lain, apa yg dilakukan keluarga doyandolan untuk menjadi pembedanya? 😊

-> doyandolan dari kata doyan = suka; dolan = main/jalan/travel. Jadi artinya suka bermain atau melakukan perjalanan. Saya termasuk generasi bukan Z, ajdinya punyanya FB: Lukmanul Hakim, Bunda Noor: FB Noor Widyaningsih dan IG widyaningsih noor. Kalau blog bisa diakses (meskipun lagi jarang tulis: www.busur-panah.blogspot.co.id; dan blog review film: www.elha-filmreview.blogspot.co.id  --> suka nonton...😁

Ya memang ada yang mirip: Ada keluarga Jelajah Langit Biru, Ada Kelana Bumi Allah (milik Mbak Ilva, IP Semarang), Jalan-Jalin, Path2Long, dll.

Tidak masalah nama brand mirip atau sama semangatnya, karena memang kekuatan keluarga ditemukan disana. Ada pula kekuatan keluarganya yang justru ditemukan di dalam rumah, misalnya:
- Griya berkah (Mbak Ratna Palupi, Leader IP Jogya)
- Omah Project (Mbak Ressy, Leader IP Prabumulih)
- Omah Xpressi (Mbak Santi, Sidoarjo)

Bagaimana pembedanya? Biasanya pembedanya di aktifitas yang dilakukan. Semakin sering kita lakukan, semakin menjadi identitas diri, dan itu tertimbal balik dari persepsi customer tentang keluarga kita. Jadi, kuncinya pada aktifitas yang dilakukan untuk memperkuat branding. 


(5) Hannah - Depok
Yang ingin saya tanyakan: Family Branding adalah bagaimana keluarga kita ingin dikenal oleh pihak luar. Suami dan istri yang awalnya merupakan pribadi yang terpisah dan berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda, pola asuh yang ckup berbeda, teman teman yang telah mengenal pribadi baik si suami dan istri juga pun berbeda kemudian setelah menikah menjadi satu kesatuan bahkan harus menjadi tim dalam menjalankan bahtera rumah tangga. Jika duduk bareng sering dilakukan, visi misi keluarga pun sdh dibicarakan. Namun dalam aplikasinya, masih  terkadang tidak terlaksana. Mungkin terkadang karena perbedaan perbedaan di atas, faktor faktor perbedaan eksternal tadi terkadang yang menjadi penghalang.
  1. Bagaimanakah agar kita dapat konsisten dalam membentuk family branding dengan sdh melihat perbedaaan perbedaan yang telah disebutkan di atas agar dalam menjalankannya pun tanpa harus ragu dengan perbedaan tsb? 
  2. Bagaimana kita mem'branding'kan keluarga kita tanpa harus terlihat sebagai ' pamer'/'show off'?
-> (1) bersyukurlah jika kita sdh ada list perbedaan. Jadi, tinggal menemukan kesamaan. Sejatinya visi misi ini menjadi tugas leader rumah tangga ~ suami untuk menemukan, karena beliau nakhoda rumah tangga. Saya kutip dari Pak Harry Santosa tentang kelurga Gen Halilintar:

"...kemudian, karena sesi mereka setelah sesi saya yang membahas the power of family mission, mc talkshhow itu, menanyakan the family mission statement keluarga Gen Halilintar. Ketika pak Hali ditanya, apa misi keluarga Gen Halilintar, pak Hali nampak bingung dengan maksud misi keluarga dari pertanyaan, namun menjelaskan dengan sederhana, "kami ingin mendidik dan membesarkan anak anak kami agar menjadi pengusaha yang bertaqwa".
Nah jelas sudah, sinkron dan konsistn antara perjalanan hidup sejak muda, sampai berumah tanggΓ  dan mendidik anak. Misi keluarga itu nampak ajeg dalam diri pak Hali, karena berangkat dari misi personal sejak muda dan sangat ingin ditularkan kepada anak anakmya. Semua hal yang terjadi di dalam rumahnya selalu dijadikan kesempatan untuk mengembangkan bisnis sekecil apapun. Itu semua adalah dalam rangka menjalani misi keluarganya. Nah begitulah seharusnya seorang ayah, seorang suami, memiliki misi keluarga yang jelas. Bukan sekedar statement semata yang ditempel di dinding, namun sudah menjadi "believe" atau keyakinan sejak muda.."

Menurut saya para suami itu tidak mau digurui, jadi kalau sudah menetapkan visi misi, coba dijalani sambil nanti dalam proses direvisi. Yang penting disini adalah proses pembelajaran dalam keluarga. Awalnya pun nama #doyandolan kurang disukai sama team anggota keluarga, karena terkesan main-main. Namun setelah dijelaskan makna dan kata yang mudah diingat, jadinya suka juga, he..he..

Tanggapan: penjelasannya. jadi baiknya mmg dimulai dr suami itu perlu yaa?

-> Mestinya dari suami karena dia nakhoda keluarga. Tapi, itu pun tergantung karakter suami, ada yang suka dengan perencanaan ada pula yang tidak. Nah, yang terakhir ini kita  bisa memberi masukan... Kalau tidak ada respon penolakan, berarti anggapannya suami setuju. Tinggal kita laksankan dan laporkan hasilnya...

Issue yang umum di IP yang saya amati adalah para suami type kedua ini. Namun, mereka baru beranjak 'bangun' ketika sang istri sudah bisa menampilkan hasilnya, meskipun masih dalam proses. Eh, benar nggak, ya? πŸ˜

(2) Di bagian deploy adalah bagian mendeklarasikan FamBrand untuk diketahui customer. Customer ini bisa siapa saja: teman, lingkungan, komunitas, Alah & Rasul, dsb. yang nanti berkaitan dengan feebcak atau timbal balik yang kita peroleh: apakah persepsi customer ini sama dengan yang kita inginkan? Show off atau pamer biasanya terpersepsi bahwa nama yang kita gaung tidak relevan dengan apa yang keluarga kita kerjakan. Nah, kalau persepsi ini timbul, bolehlah kita review perjalanan aktifitasnya dan boleh dirancang ulang.

O, ya aktifitas2 ini tidak harus rumit, bisa dikerjakan antar anggota keluarga saja. Misalnya: keluarga OmahProject. Sesuai namanya mereka melakukan aktifitas project bersama keluarga. Ternyata aktifitas2 tersebut menarik tetangga sekitar, sehingga nama keluarga beliau pun lekat dengan project keluarga


(5) Diona - Bandung
Hai pak @Lukmanul Hakim bunda @Bunda Ulan. Lama ga ketemu hehee
Mau saran donk, bagaimana membentuk fambrand untuk saya yang berjauhan dengan suami? Dengan waktu terbatas, bisa menumbuhkan kekompakan meski jauh 😁

-> Meskipun tidak baku rumusan keluarga adalah sbb: A Home team --> FamBrand --> FSP --. FamPro. Nah, coba dilihat apakah keluarga kita sudah A Home Team atau masih kerumunan? LDM bisa jadi bukan masalah karena kita bisa didekatkan dengan piranti teknologi. Yang pertama dilakukan adalah acceptance (penerimaan) kenapa mesti berjauhan dan jadikan jalan takdir ini sebagai keputusan keluarga sehingga saling memahami konsekuensinya. 

Dalam kesempatan ngobrol nanti saat bersua atau lewat piranti, bisa dicoba menemukan visi misi keluarga dengan question: WHY - HOW - WHAT, Menagapa kita ditakdirkan bersama di dunia ini? Apa misinya? Bagaimana cara melakukan misi itu? Dan dalam wadah (project/aktifitas) apa  misi itu bisa dilaksanakan?


(6) Anne Bunda 5Asm@
Bagaimana mensiasati aktifitas bareng dengan anak yang usianya berjarak dekat. Terkadang saat aktifitas bareng yang di tujukan agar semua senang malah jadi agak kacau dan membutuhkan energi yang besar...

-> Sibling... Jujur saya kurang pengalaman secar anak kami 1, Qaulan Sadiida 😊. Tapi, bisa melihat dari pengalaman Mbak Ressy dari Omah Project yang jumlah putra-putrinya ada 5, dan berdekatan. Setiap pekan mereka mengadakan rapat keluarga (family forum) kegiatan apa saja yang menyenangkan seminggu sebelumnya dan apa yang akan direncanakan minggu depan. Tiap anak mengajukan usul dan kemudian berembug apa saja project atau aktifitas yang akan dilakukan. Tiap anak ditawarkan sebuah peran - mereka sendiri yang memilih: ada leader project, dsb.

Nah, karena merasa memiliki andil mereka pun bertanggung jawab. Di akhir acara dilakukan apresiasi dan diatanya apakah suka atau tidak. Tentu tidak serta merta berlangsung smooth, tapi itu adalah proses pembelajaran bagi orang tua dan anak. Begitu kira-kira...


(7) Savira - Tangerang
Pak Lukman, Bunda Noor, sebelum memakai nama keluarga Doyan Dolan, sebelumnya pernah pakai nama lain nggak? Kalau misal kita ganti nama home team kita, caranya rebranding?

-> #doyandolan adalah nama pertama kami...
Dalam prosesnya diperbolehkan saja mengganti nama keluarga (kan keluarga kita sendiri, he..he..) karena mungkin keluarga itu menemukan makna baru dalam proses perjalanannya. keluarga mas Doddy sendiripun beberapa kali merubah nama: dari A Home Team  -->  Padepokan Margosari. Bisa jadi mungkin nanti #doyandolan menemukan sebuah tempat yang sesuai dan menetap disana, sehingga nama keluarga berubah menjadi Grya... atau Graha... karena menemukan kekuatan barunya yang berada di sekitar rumah.

Wallahu 'alam...

Rebranding atau rejuvenasinyanya bisa dilakukan ketika merancang lagi aktifitas-aktifitas keluarga yang mendukung branding baru tersebut. O, ya...untuk memperkuat branding kita bisa lakukan dengan memanfaatkan media sosial. Kalau menilik medsos kami, selalu tercantum nama keluarga dan tagline-nya


(8) Fadiyah - Jakarta
Pak Lukman dan Bunda Noor, kalau untuk komunikasi istri ke suami soal visi dan misi ini, ada triknya ga supaya suami ini tertarik, jadi sama-sama start bareng. Karena kadang jadi agak padam saat istri excited tapi suami ga ada respon.

-> Biasanya para suami itu tidak mau digurui. Mungkin bisa disiasati dengan banyak minta pendapat ke beliau jika kita mempunyai ide tentang visi misi, bagaimana tanggapannya. Selama belum ada respon (baik di-iyakan atau ditolak), bolehlah kita jalan dengan ide misi visi kita. Seringkali si suami tertarik ketika hasil sudah tampak. Maka, selalu menyampaikan ilmu yang diperoleh  atau hasil penerapannya ke suami adalah perlu. Menyatukan frekuensi suami isteri memang tidak terjadi begitu saja, dan dalam prosesnya memang butuh kesabaran...:)

Tambahan tentang perbedaan karakter suami-istri: 
Apakah  tipe keluarga semua harus diputuskan suami (commandernya tinggi) atau tipe suami yang mau menerima masukan.  Bila tipe  commander/kepemimpinan  tinggi,  maka kita bisa memberi  masukan  sebelum memutuskan branding walau mungkin porsinya tidak banyak. Bila tipe suaminya terbuka, maka banyak kemungkinan masukan bisa diterima. Namun yang perlu diperhatikan, bila suami sudah memutuskan maka sejatinya itu sudah menjadi ketetapan.

Jadi dimaklumi  dulu (accepting) dan tetap  tunjukkan  rasa  hormat.  InsyaAllah  suami  akan menerima masukan lebih lanjut.

Demikian tanya jawab kulwapp tentang Family Branding. Sangat menarik karena setiap pertanyaan dan jawaban menambah wawasan dan cara pandang kami. Kami juga bisa menilik ke dalam apakah brand #doyandolan yang kami canangkan sesuai dengan persepsi yang kita inginkan atau tidak

Terima kasih ya...

Tidak ada komentar: