Rabu, 28 September 2011

RUJAK PENGUJI IMAN

04/06/11 – 08.30
(status ini diberi ‘Like’ oleh Nining Daryati dan Meilina Fitriawan)
Karena belum memiliki asisten dan lagipula anak-anaknya – kak Cerah, Pancar, dan Bara lebih nyaman diasuh bundanya langsung – , bunda Cerah meminta mbak Suci untuk membantunya, menemani Bara, atau menjemput kak Cerah dan Pancar pulang sekolah. Di siang hari setelah tugas-tugasnya selesai, mbak Suci memang punya waktu luang untuk membantu bunda Cerah.
Nah, sehabis membantu bunda Cerah, mbak Suci sering dapat rezeki tak terduga. Semalam sepulang sholat Isya, Ulan membawa sebuah bungkusan titipan dari bunda Cerah untuk mbak Suci.
“Apa itu, Nak?”, tanya ayah ingin tahu
“Rujak. Titipan dari bunda Cerah”, jawab Ulan
“Hmm...asyik, nyam..nyam..”, tukas ayah berharap.
“Eeitt, jangan diambil. Ini hasil upayanya mbak Suci, Yah!”, larang Ulan tegas.
Hmm...menjaga amanah. Baguslah!
-----------------------
Dalam bahasa Arab, iman memiliki akar kata yang sama dengan amanah. Keduanya bisa berarti kepercayaan (trust, belief) dan berkaitan erat dengan (bahasa) hati. Bila hati yang bicara, tak ada batasan yang mampu menghalangi, baik itu perbedaan warna, agama, keyakinan, atau strata sosial. Contoh terbaik dari hal ini adalah Nabi Muhammad SAW yang diberi gelar ‘al Amin’ (Yang Dipercaya) oleh penduduk Mekkah, bahkan oleh mereka yang berbeda keyakinan.   
Konsep tentang amanah perlu dikenalkan kepada anak-anak sejak dini. Caranya pun mudah, yaitu dengan selalu mengingatkan bahwa apa saja yang kita perbuat selelau dilihat oleh Allah (ihsan) dan, tentu saja, memberikan contoh kepada anak-anak dengan menepati janji atau menjaga kepercayaan mereka terhadap kita.
Membangun amanah sebagai konsep diri sejak dini akan membantu anak tetap berperilaku jujur dan benar hingga dewasa kelak. InsyaAllah.
Yuks, ayah-bunda..kita jaga kepercayaan anak terhadap kita!
 
(taken from: qaulan sadiida on facebook: bercermin pada anak-anak...)

Tidak ada komentar: