04/06/11 – 08.30
(status ini diberi ‘Like’ oleh Nining Daryati dan Meilina Fitriawan)
Karena belum memiliki asisten dan lagipula
anak-anaknya – kak Cerah, Pancar, dan Bara lebih nyaman diasuh bundanya
langsung – , bunda Cerah meminta mbak Suci untuk membantunya, menemani Bara,
atau menjemput kak Cerah dan Pancar pulang sekolah. Di siang hari setelah
tugas-tugasnya selesai, mbak Suci memang punya waktu luang untuk membantu bunda
Cerah.
Nah,
sehabis membantu bunda Cerah, mbak Suci sering dapat rezeki tak terduga. Semalam
sepulang sholat Isya, Ulan membawa sebuah bungkusan titipan dari bunda Cerah
untuk mbak Suci.
“Apa
itu, Nak?”, tanya ayah ingin tahu
“Rujak.
Titipan dari bunda Cerah”, jawab Ulan
“Hmm...asyik,
nyam..nyam..”, tukas ayah berharap.
“Eeitt,
jangan diambil. Ini hasil upayanya mbak Suci, Yah!”, larang Ulan tegas.
Hmm...menjaga
amanah. Baguslah!
-----------------------
Dalam
bahasa Arab, iman memiliki akar kata yang sama dengan amanah. Keduanya bisa
berarti kepercayaan (trust, belief) dan
berkaitan erat dengan (bahasa) hati. Bila hati yang bicara, tak ada batasan yang
mampu menghalangi, baik itu perbedaan warna, agama, keyakinan, atau strata
sosial. Contoh terbaik dari hal ini adalah Nabi Muhammad SAW yang diberi gelar ‘al
Amin’ (Yang Dipercaya) oleh penduduk Mekkah, bahkan oleh mereka yang berbeda
keyakinan.
Konsep tentang amanah perlu dikenalkan kepada anak-anak sejak dini. Caranya pun mudah,
yaitu dengan selalu mengingatkan bahwa apa saja yang kita perbuat selelau
dilihat oleh Allah (ihsan) dan, tentu saja, memberikan contoh kepada anak-anak
dengan menepati janji atau menjaga kepercayaan mereka terhadap kita.
Membangun
amanah sebagai konsep diri sejak dini akan membantu anak tetap berperilaku
jujur dan benar hingga dewasa kelak. InsyaAllah.
Yuks,
ayah-bunda..kita jaga kepercayaan anak terhadap kita!
(taken from: qaulan sadiida on facebook:
bercermin pada anak-anak...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar