Minggu, 25 September 2011

ORANGTUA JENIS APAKAH KITA?



Orang sukses akan selalu berpikir tentang bagaimana
Orang kebanyakan selalu akan berpikir ada apa
Orang gagal selalu berpikir siapa dan mengapa
Sewaktu Thomas Edison dikeluarkan dari sekolah kelas 1 SD – padahal baru 3 bulan bersekolah – karena dinyatakan ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) dan tidak mampu mengikuti pelajaran disekolah maka Nancy Matthews Edison, ibunya, langsung berpikir bagaimana (how to) agar Edison kecil tetap bisa belajar meskipun tidak harus bersekolah. Maka, jadilah garasi mobil sebagai tempat Edison belajar dan melakukan eksperiment. Eksperiment teruniknya adalah saat ia mengerami telur karena penasaran dengan induk ayam yang bisa menetaskan telurnya. Konon seribu eksperimen ia lakukan sebelum menemukan lampu pijar hingga akhirnya ia menjadi orang sukses dengan mendirikan perusahan General Electric (GE).
Nancy Matthews tidak pernah meratapi nasib dan pasrah dengan menyalahkan orang lain atau Tuhan. Tapi ia langsung berpikir dan bertindak solutif agar si anak tetap bisa berkreatifitas. 
Albert Einstein sering membolos pada mata pelajaran yang tidak disukainya dan lebih memilih duduk-duduk di pinggir danau dan berkhayal dengan pikiran-pikiran eksotiknya. Pada saat ujian pun ia tetap tidak mau mengikuti ujian pada mata pelajaran yang tidak disukainya sehingga ia tidak memiliki ijazah SD, SMP dan hampir saja SMA yang terpaksa ia ambil menjadi syarat masuk perguruan tinggi di Polytechnic Zurich -  Swiss.
Kedua orang tuanya Einstein tak pernah berpikir sedikitpun untuk bertanya tentang  ada apa dengan anakku? atau mengapa ia menjadi anak yg bermasalah? Atau siapa yg bersalah dalam hal ini? Mereka berpikir bagaimana agar Eisntein tetap bisa belajar meskpun tidak menyukai sekolahnya. Mereka berupaya agar Einstein kecil tetap bisa melanjutkan sekolah meskipun hanya berbekal surat keterangan pernah bersekolah SD, SMP dan SMA. Meskipun dengan susah payah akhirnya mereka menemukan juga sekolah SMP dan SMA yg masih mau menerima Einstein untuk bersekolah. Puncaknya sewaktu Einstein ingin melanjutkan ke jenjang lebih tinggi maka orang tuanya terpaksa harus keluar Jerman untuk mencari perguruan tinggi yang mau menerima anaknya
Saat ini boleh dibilang tak ada orang di dunia ini yang tak kenal nama Einstein. Ya, namanya merupakan icon kejeniusan.
Ternyata orang-orang sukses terlahir bukan dari banyaknya warisan harta dari orang tua, atau dari faktor turunan genetika, tapi lebih banyak yang terlahir dari bagaimana orang tua berpikir dan mengasuhnya. Apakah dalam melihat persoalan yang dihadapi anak, mereka lebih banyak menggunakan pertanyaan SIAPA dan terus mencari kambing hitam.  Atau lebih banyak menggunakan pertanyaan ADA APA dan terus meratapi nasib dan merasa hidup ini tidak adil. Atau lebih sering menggunakan pertanyaan BAGAIMANA untuk selalu berpikir positif dan solutif dan mencari jalan keluar terbaik dari persolah yang dihadapi sang anak.
Jadi, termasuk orang tua yg manakah kita? Orangtua sukses, orangtua kebanyakan, atau orang tua gagal? Pilihan jawaban terhadap pertanyaan tersebut dalam menyelesaikan persoalan anak-anak ternyata sangat menentukan sukses dan gagalnya masa depan mereka.  
Hidup ini adalah pilihan. Nasib kita saat ini adalah kumpulan dari pilihan-pilihan dari pikiran dan tindakan dan pertanyaan yang kita lakukan sejak 5 tahun yang lalu, dan nasib kita lima tahun mendatang ditentukan oleh pilihan-pilihan kita sekarang.
– John F Kennedy-
Ayah-bunda, ayo kita tentukan pilihan untuk masa depan anak kita sekarang juga!

(dikutip dan diolah dari catatan Komunitas Ayah Edi on facebook)

Tidak ada komentar: