Orang sukses
akan selalu berpikir tentang bagaimana
Orang kebanyakan
selalu akan berpikir ada apa
Orang gagal
selalu berpikir siapa dan mengapa
Sewaktu Thomas Edison dikeluarkan
dari sekolah kelas 1 SD – padahal baru 3 bulan bersekolah – karena dinyatakan
ADHD (attention deficit hyperactivity
disorder) dan tidak mampu mengikuti pelajaran disekolah maka Nancy Matthews
Edison, ibunya, langsung berpikir bagaimana (how
to) agar Edison kecil tetap bisa belajar meskipun tidak harus bersekolah. Maka,
jadilah garasi mobil sebagai tempat Edison belajar dan melakukan eksperiment.
Eksperiment teruniknya adalah saat ia mengerami telur karena penasaran dengan
induk ayam yang bisa menetaskan telurnya. Konon seribu eksperimen ia lakukan
sebelum menemukan lampu pijar hingga akhirnya ia menjadi orang sukses dengan
mendirikan perusahan General Electric (GE).
Nancy Matthews tidak pernah meratapi nasib dan pasrah dengan menyalahkan
orang lain atau Tuhan. Tapi ia langsung berpikir dan bertindak solutif agar si
anak tetap bisa berkreatifitas.
Albert Einstein sering membolos pada mata pelajaran yang tidak disukainya dan
lebih memilih duduk-duduk di pinggir danau dan berkhayal dengan pikiran-pikiran
eksotiknya. Pada saat ujian pun ia tetap tidak mau mengikuti ujian pada mata
pelajaran yang tidak disukainya sehingga ia tidak memiliki ijazah SD, SMP dan
hampir saja SMA yang terpaksa ia ambil menjadi syarat masuk perguruan tinggi di
Polytechnic Zurich - Swiss.
Kedua orang tuanya Einstein tak pernah berpikir sedikitpun untuk bertanya
tentang ada apa dengan anakku? atau mengapa ia menjadi anak yg bermasalah?
Atau siapa yg bersalah dalam hal ini? Mereka berpikir bagaimana agar Eisntein
tetap bisa belajar meskpun tidak menyukai sekolahnya. Mereka berupaya agar
Einstein kecil tetap bisa melanjutkan sekolah meskipun hanya berbekal surat
keterangan pernah bersekolah SD, SMP dan SMA. Meskipun dengan susah payah
akhirnya mereka menemukan juga sekolah SMP dan SMA yg masih mau menerima
Einstein untuk bersekolah. Puncaknya sewaktu Einstein ingin melanjutkan ke
jenjang lebih tinggi maka orang tuanya terpaksa harus keluar Jerman untuk
mencari perguruan tinggi yang mau menerima anaknya
Saat ini boleh dibilang tak ada orang di dunia ini yang tak kenal nama
Einstein. Ya, namanya merupakan icon kejeniusan.
Ternyata orang-orang sukses terlahir bukan dari banyaknya warisan harta
dari orang tua, atau dari faktor turunan genetika, tapi lebih banyak yang
terlahir dari bagaimana orang tua berpikir dan mengasuhnya. Apakah dalam
melihat persoalan yang dihadapi anak, mereka lebih banyak menggunakan
pertanyaan SIAPA dan terus mencari kambing hitam. Atau lebih banyak
menggunakan pertanyaan ADA APA dan terus meratapi nasib dan merasa hidup ini
tidak adil. Atau lebih sering menggunakan pertanyaan BAGAIMANA untuk
selalu berpikir positif dan solutif dan mencari jalan keluar terbaik dari
persolah yang dihadapi sang anak.
Jadi, termasuk orang tua yg manakah kita? Orangtua sukses, orangtua
kebanyakan, atau orang tua gagal? Pilihan
jawaban terhadap pertanyaan tersebut dalam menyelesaikan persoalan anak-anak ternyata
sangat menentukan sukses dan gagalnya masa depan mereka.
Hidup ini adalah pilihan. Nasib kita saat
ini adalah kumpulan dari pilihan-pilihan dari pikiran dan tindakan dan
pertanyaan yang kita lakukan sejak 5 tahun yang lalu, dan nasib kita lima tahun
mendatang ditentukan oleh pilihan-pilihan kita sekarang.
– John F Kennedy-
Ayah-bunda, ayo kita tentukan pilihan untuk masa depan anak kita sekarang
juga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar