Film diawali dengan perkenalan
tokoh-tokoh plus julukan masing-masing. Ada si Ensiklopedi anak pemikir dan
mastermind kelompok ini, ada si Shaolin karena suka dengan kungfu, si Second
Hand karena selalu mendapat barang lungsuran (bekas), Akram karena ia adalah
pelempar bola yang tangguh di permainan kriket, ada pula The Silencer karena
sifatnya yang pendiam, si Toothpaste yang menjadi bintang iklan pasta gigi, dll.
Mereka menamakan kelompok ini sebagai Chillar Party.
Chillar Party mempunyai 2 musuh bebuyutan,
yaitu Viz, team kriket kompleks tetangga, yang selalu mengalahkan mereka dan
anjing yang mengotori area bermain. Kedatangan Phatka, seorang anak yang
bertugas membersihkan mobil di kompleks Chandan Nagar, dan anjingnya membuat
kelompok ini makin antipati dan meneror Phatka supaya segera pergi dari
kompleks itu. Namun, pertolongan Phatka yang menggantikan Akram sebegai
pelempar bola sehingga memenangkan pertandingan kriket untuk pertama kalinya
membuat mereka bersahabat. Termasuk dengan Bhidu, anjing milik Phatka.
Suatu ketika seorang politisi
berkunjung ke kompleks Chanda Nagar. Semua orang menyambutnya, termasuk
kelompok Chillar Party dan Bhidu. Karena perlakuan kasar salah seorang pengawal
politisi tersebut terhadap Phatka, Bhidu pun menyerangnya. Issue kecil ini pun
diolah sang politisi untuk mengangkat citra dan namanya dengan membuat sebuah
aturan yang mengharuskan semua anjing memiliki Sertifikat Tak Keberatan (NOC ~
No Objection Certificate). Sertifikat itu harus ditandatangni lebih dari 50%
warga di wilayah itu. Batas waktunya adalah 1 bulan.
Merasa bahwa aturan itu tidak
adil, Chillar Party pun menggalang dukungan agar Bhidu memperoleh sertifikat
itu. Masing-masing membujuk orangtuanya agar mau menandatangi sertifikat.
Awalnya banyak yang menolak karena takut terhadap intimidasi. Kecuali ayah
Arjun, si Ensiklopedi, yang hanya bertanya padanya:
“Apakah kamu yakin dengan tindakan
yang kamu lakukan?”
Si Ensiklopedi menjawab, “Yakin,
Dad!”
Tanpa bertanya lagi, ayah Arjun
pun menyatakan tak keberatannya.
Ketika kepedulian itu sudah
menjadi issue yang besar, sebuah statisun TV berinisiatif untuk mempertemukan
sang politisi dan anak-anak dalam suatu acara debat. Tentu saja anak-anak
merasa terlalu kecil untuk berdebat dengan politisi kawakan. Mereka merasa
sudah kalah. Perasaan itu pun dikatakan oleh Ensiklopedi kepada ayahnya. Ayah
Ensiklopedi memberi semangat anaknya dengan mengatakan bahwa usaha mereka tidak
sia-sia. Setidaknya orang-orang menaruh perhatian terhadap gerakan mereka. Toh,
sampai diliput oleh TV.
“Menang atau kalah adalah hal
yang biasa. Dengan datang memenuhi undangan itu, kalian sudah dianggap sebagai
seorang pemenang”, kata si ayah meyakinkan.
Ayah yang hebat!
Bagaimana dengan kita,
ayah-bunda? Sudahkah kita memberi kepercayaan kepada anak-anak kita untuk
melakukan apa yang menurut mereka benar? Dan member support saat mereka
kehilangan rasa percaya diri yang biasa timbhul untuk menguji keyakinan mereka?
“biarkan kami memandang dunia dengan mata kami sendiri…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar