Edisi Iedul Qurban
06/11/11 – 08.13
(status ini diberi ‘like’ oleh Nisa Candraningrum dan dikomentari oleh Hady Sys dan Poppy Chiepop Surpiyanto)
Sore kemarin
serombongan anak, teman-teman Ulan, bergegas masuk ke rumah melaporkan
perkembangan hewan qurban terbaru.
“Ayah, sapinya
menangis!”, ujar mereka serempak.
“Dari matanya, keluar
air!”, teriak anak yang paling kecil.
“Ah, paling itu kena
air hujan”, goda si ayah.
“Ih, beneran kok!”,
bantah mereka, meyakinkan
“Kenapa ia menangis,
ayah Ulan?”, tanya si Khansa yang peka perasaannya.
-----------------------------
Mengapa hewan qurban menangis?
Pertanyaan dari hasil pengamatan anak-anak ini haruslah segera dijawab untuk
memenuhi rasa ingin tahunya.
Di email, SMS, ataupun BBM banyak
beredar pesan tentang merayakan hari Iedul Qurban. Biasanya disertai dengan
gambar atau lelucon tentang hewan qurban. Misalnya tentang lelucon Shaun The
Sheep – tokoh domba kartun yang sangat dikenal anak-anak – yang dikabarkan
tidak jadi show di Indonesia pada awal bulan November (memang sesungguhnya tak
ada jadual) karena takut di-qurban-kan. Atau gambar lucu hewan qurban sapi dan
kambing yang saling mendorong satu sama lain untuk menjadi yang pertama
di-qurban-kan. Tersirat tak ada keikhlasan disana.
Sebenarnya lelucon atau gambar-gambar
lucu tersebut bisa mengaburkan makna tentang Iedul Qurban. Terutama terhadap
anak-anak yang membutuhkan konsep diri (terutama akidah dan ibadah) yang jelas.
Tentu kita sepakat kalau Iedul Qurban merupakan salah satu ibadah dalam Islam,
bukan? Jika sejak dini sudah disodori tentang ketakutan hewan qurban, bisa jadi
dalam pikiran kecilnya mereka ‘menangkap pesan’ kalau ber-qurban itu tidak baik
karena membuat hewan ketakutan. Jangan-jangan kelak mereka tak mau ber-qurban
pula. Wah, gawat dong!
Nah, alih-alih bercerita menakuti-nakuti,
bolehlah kita menjawab seperti ini: “Tujuan hewan diciptakan oleh Allah SWT
adalah untuk membantu manusia. Bisa untuk membantu pekerjaannya, seperti sapi
yang digunakan membajak sawah, kuda untuk transportasi, atau untuk hiburan atau
tontonan seperti hewan-hewan di kebun binatang. Atau untuk membantu manusia
dengan dimanfaatkan dagingnya untuk dimakan, seperti kambing dan sapi ini. Apalagi
jika dipotong pas hari Iedul Qurban, mereka senang banget karena disetarakan
dengan Nabi Ismail yang juga dulu di-qurbankan. Makanya mereka menangis terharu”.
“Tapi, kan mereka sakit kalau
dipotong?”, tanya si Khansa masih penasaran.
Si ayah kemudian menjelaskan bahwa
hewan-hewan itu tidak merasa kesakitan ketika disembelih secara Islam dengan
merujuk pada informasi di link bawah ini. Malah cara penyembelihan secara Islam
inilah yang benar dan menghasilkan daging yang bersih.
Si Khansa pun manggut-manggut,
meski masih tampak berpikir.
Esok harinya setelah prosesi qurban
selesai, Ulan berkata:
“Yah, tahun depan qurbanku disini
saja ya..”
“Kenapa?”, tanya ayah, “Kan lebih
baik kalau disalurkan sama yang lebih membutuhkan. Kayak orang-orang di Somalia yang sedang kelaparan”.
“Sekaliii saja, Yah! Aku ingin
melihat kambingku menangis haru”
(taken from: qaulan sadiida on facebook: bercermin pada
anak-anak..)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar