Nabi Ibrahim termenung memikirkan
mimpi semalam. Tiga hari berturut-turut beliau bermimpi. Mimpi yang persis sama
dan..luarbiasa: meng-qurbankan anak semata wayang, Ismail.
Dengan tekad yang mantap, pergilah
sang Nabi ke kota Mekah. Kunjungan kali ini mengemban tugas berat. Setelah
bertemu Ismail dan melepas rasa rindu, Nabi Ibrahim mengajak anaknya berbicara.
Dengan merendahkan suara beliau bertanya:
“Anakku, sesungguhnya
dalam mimpi aku melihat bahwa aku telah
menyembelihmu. Maka pikirkanlah, dan apa pendapatmu?”[1]
Kita telah mengetahui
jawaban Ismail kecil. Bahkan kisah itu telah diabadikan di al Qur’an.
Sejarah pun telah mencatat dan mengabadikannya dalam bentuk ritual ibadah yang
dilakukan jutaan umat Islam di seluruh dunia.
--------------------------------
Kita bisa belajar
dari Nabi Ibrahim tentang berkomunikasi dan memahami seorang anak. Alih-alih
bertindak otoriter dengan dalih sebagai orangtua yang harus dihormati dan
membawa amanah Tuhan, beliau berlaku lembut dan menghargai eksistensi seorang
anak. Nabi Ibrahim justru meminta pendapat sang anak tentang ‘masa depannya’.
Bisa jadi,
penghargaan terhadap eksistensi diri dan selalu didengar pendapatnya yang
membuat Ismail menjadi sosok dengan kepribadian yang kuat dan mulia.
Ayah-bunda, sudahkah
kita mendengarkan pendapat anak tentang masa depan yang mereka inginkan?
Ataukah masa depannya telah kita tentukan karena kita merasa lebih tahu dan menjejali mereka dengan pelajaran atau aktifitas yang tak mereka suka?
Yuk, kita
renungkan....
Kau boleh berusaha menyerupai mereka,
namun jangan membuat mereka menyerupaimu
Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,
pun tak tenggelam dimasa lampau.
namun jangan membuat mereka menyerupaimu
Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,
pun tak tenggelam dimasa lampau.
(kahlil gibran)
baca juga:
http://busur-panah.blogspot.com/2011/07/meremehkan-anak-kesalahan-yang-terbiasa.html
http://busur-panah.blogspot.com/2011/08/jangan-paksa-anak-belajar-yang-tak.html)
http://busur-panah.blogspot.com/2011/07/meremehkan-anak-kesalahan-yang-terbiasa.html
http://busur-panah.blogspot.com/2011/08/jangan-paksa-anak-belajar-yang-tak.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar