Selasa, 02 Agustus 2011

BERCERMIN PADA 3 IDIOTS

oleh: lhakim 

Salah satu film keluarga yang direkomedasikan untuk ditonton oleh orang tua, guru, dan pendidik adalah 3 Idiots (2009), sebuah film drama-komedi yang dibintangi Aamir Khan dan Kareena Kapoor. Film ini bercerita tentang pendidikan, passions, dan keinginan anak yang seringkali berbenturan dengan kemauan orang tua.
Adalah Farhan Qureshi (R. Madhavan), Raju Rastogi (Sharman Joshi), dan “Rancho” Shymaldas Chanchad (Aamir Khan), 3 orang sahabat yang berbagi kamar saat mengambil kuliah di Imperial College of Engineering, salah satu kampus ternama di India. Rancho adalah mahasiswa yang jenius dan sangat menikmati apa saja yang diajarkan di kampus itu. Alih-alih berlomba-lomba memperoleh nilai tinggi di ujian seperti murid-murid lainnya, ia lebih suka membongkar-pasang mesin, dan berkreasi membuat mesin baru. Ia sangat menikmati ilmu engineering. Sebaliknya Farhan mempunyai passion dalam bidang fotografi dan ingin menjadi fotografer alam bebas, namun terpaksa mengambil kuliah teknik mesin untuk menuruti keinginan orang tuanya. Raju sebetulnya adalah anak yang cerdas dan menyukai ilmu mesin. Namun, ketakutan membuatnya lebih banyak ‘berdoa’ dan berkhayal ketimbang mengoptimalkan otaknya.
Akibatnya dalam ujian, Farhan dan Raju selalu berada di ranking terakhir.
Salah satu adegan menarik adalah saat Farhan dan Raju menanyakan kondisi ini kepada Rancho. Mereka bersahabat, tinggal dalam kamar yang sama, kemana-mana selalu bareng, tapi kok hasil ujian berbeda amat.
 “Kenapa nilaimu selalu bagus, tapi kami selalu jelek?”, tanya Farhan kepada Rancho.
 “Karena aku menyukai teknik mesin dan bergelut dengan mesin. Sedangkan kamu ‘menikah’ dengan mesin, tapi mencintai fotografi. Jika hatimu terpaksa, mana bisa engkau pintar dan bahagia”, jawab Rancho menjelaskan.
 “Hei, aku suka teknik mesin dan bergelut dengan mesin. Tapi, kenapa jelek juga?”, sahut Raju.
 “Karena engkau selalu berada dalam ketakutan. Takut sama masa depan dan takut gagal. Itu membuatmu lebih banyak berdoa ketimbang berusaha. Jika selalu hidup dalam ketakutan bagaimana bisa pikiranmu berkembang?”
----------------------------
Ayah bunda, apakah anak-anak kita hari ini ‘hidup’ dalam ketakutan karena tekanan atau obsesi ayah bundanya dan memilih yang bukan keinginannya? Sudah tahukah kita apa sebetulnya yang menjadi passion dan keinginan mereka? Sebagian dari kita menentukan profesi (dan pelajaran-pelajaran yang menentukannya) terhadap anak-anak kita berdasarkan alasan karena profesi itulah yang menjanjikan dan akan membuat hidupnya nyaman kelak.
Benarkah?
Sepuluh atau dua puluh tahun lalu mungkin tak terbayang karir atau profesi seperti yang ada sekarang: finansial planner, motivator, EO, presenter, chef, komedian, musikus, atau host ala backpacker yang ‘kerjanya’ jalan-jalan dan berkuliner. Dan masih banyak lagi satu dasawarsa ke depan yang mungkin saat ini belum terbayang.
Tidak ada yang bisa menjamin rezeki dan masa depan selain Yang Maha Kuasa. Lalu kenapa kita takut dan ragu saat anak kita memilih sebuah keinginan sesuai jati dirinya? Sekarang saatnya untuk mendukung apa yang ingin mereka lakukan.
Jadi teringat ucapan Master Shifu di film Kungfu Panda: ...yesterday is history, tomorrow is mystery, today is a gift, so enjoy with your gift...
Ayah bunda, let them do what they are and live in their uniqueness. We just support them.

Tidak ada komentar: