oleh: lhakim
Salah satu film keluarga yang direkomedasikan untuk
ditonton oleh orang tua, guru, dan pendidik adalah 3 Idiots (2009), sebuah film
drama-komedi yang dibintangi Aamir Khan dan Kareena Kapoor. Film ini bercerita
tentang pendidikan, passions, dan keinginan anak yang seringkali
berbenturan dengan kemauan orang tua.
Adalah Farhan Qureshi (R. Madhavan), Raju Rastogi
(Sharman Joshi), dan “Rancho” Shymaldas Chanchad (Aamir Khan), 3 orang sahabat
yang berbagi kamar saat mengambil kuliah di Imperial College of Engineering,
salah satu kampus ternama di India. Rancho adalah mahasiswa yang jenius dan
sangat menikmati apa saja yang diajarkan di kampus itu. Alih-alih
berlomba-lomba memperoleh nilai tinggi di ujian seperti murid-murid lainnya, ia
lebih suka membongkar-pasang mesin, dan berkreasi membuat mesin baru. Ia sangat
menikmati ilmu engineering. Sebaliknya Farhan mempunyai passion dalam
bidang fotografi dan ingin menjadi fotografer alam bebas, namun terpaksa
mengambil kuliah teknik mesin untuk menuruti keinginan orang tuanya. Raju
sebetulnya adalah anak yang cerdas dan menyukai ilmu mesin. Namun, ketakutan
membuatnya lebih banyak ‘berdoa’ dan berkhayal ketimbang mengoptimalkan
otaknya.
Akibatnya dalam ujian, Farhan dan Raju selalu berada
di ranking terakhir.
Salah satu adegan menarik adalah saat Farhan dan Raju
menanyakan kondisi ini kepada Rancho. Mereka bersahabat, tinggal dalam kamar
yang sama, kemana-mana selalu bareng, tapi kok hasil ujian berbeda amat.
“Kenapa nilaimu selalu bagus, tapi kami selalu
jelek?”, tanya Farhan kepada Rancho.
“Karena aku menyukai teknik mesin dan bergelut
dengan mesin. Sedangkan kamu ‘menikah’ dengan mesin, tapi mencintai fotografi.
Jika hatimu terpaksa, mana bisa engkau pintar dan bahagia”, jawab Rancho
menjelaskan.
“Hei, aku suka teknik mesin dan bergelut
dengan mesin. Tapi, kenapa jelek juga?”, sahut Raju.
“Karena engkau selalu berada dalam ketakutan.
Takut sama masa depan dan takut gagal. Itu membuatmu lebih banyak berdoa
ketimbang berusaha. Jika selalu hidup dalam ketakutan bagaimana bisa pikiranmu
berkembang?”
----------------------------
Ayah bunda, apakah anak-anak kita
hari ini ‘hidup’ dalam ketakutan karena tekanan atau obsesi ayah bundanya dan
memilih yang bukan keinginannya? Sudah tahukah kita apa sebetulnya yang menjadi
passion dan keinginan mereka? Sebagian dari kita menentukan profesi (dan
pelajaran-pelajaran yang menentukannya) terhadap anak-anak kita berdasarkan
alasan karena profesi itulah yang menjanjikan dan akan membuat hidupnya nyaman
kelak.
Benarkah?
Sepuluh atau dua puluh tahun lalu
mungkin tak terbayang karir atau profesi seperti yang ada sekarang: finansial
planner, motivator, EO, presenter, chef, komedian, musikus, atau host ala
backpacker yang ‘kerjanya’ jalan-jalan dan berkuliner. Dan masih banyak lagi
satu dasawarsa ke depan yang mungkin saat ini belum terbayang.
Tidak ada yang bisa menjamin rezeki
dan masa depan selain Yang Maha Kuasa. Lalu kenapa kita takut dan ragu saat
anak kita memilih sebuah keinginan sesuai jati dirinya? Sekarang saatnya untuk
mendukung apa yang ingin mereka lakukan.
Jadi teringat ucapan Master Shifu di
film Kungfu Panda: ...yesterday is history, tomorrow is mystery, today is a
gift, so enjoy with your gift...
Ayah bunda, let them do what they
are and live in their uniqueness. We just support them.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar