Yusuf
Muhammad Efendy (Penulis buku “Ayah Juara – 7 Hari Menjadi Ayah Qur’ani”.
Kini tinggal di San Francisco, Amerika)
KETIKA
ada kolega saya datang dari Jepang, mereka mengajak ke restoran sushi
yang sangat terkenal. Tentu dijamin cukup mahal ongkosnya. Sekali makan bisa
habis 500 dollar. Restoran yang dikenal dengan nama Uzen ini terletak di kota
Berkeley, dekat kota San Francisco. Tepatnya di Jalan Collage Avenue, di sebelah
perpustakaan kota Berkeley. Daerah yang ramai dihuni orang kulit putih yang
kaya dan berpendidikan.
Sambil
ngobrol kanan kiri tentang bisnis, terkadang kita saling melemparkan isu di
luar tema pekerjaan, hingga masalah anak-anak.
“Ichiban
ue no kodomo ha nansai desuka? (Berapa
umur anak paling tua),” demikian penulis mengajukan sebuah pertanyaan.
“Sekitar
15 tahun-an,” ujarnya dalam bahasa Jepang.
“Sotoni
aruitara, kare no tewo kuminagara, arukimasuka?” (Apakah pernah menggadeng tangan anak
Anda, ketika sedang jalan-jalan keluar rumah?)
Mungkin
ini pertanyaan kurang menarik. Namun penulis berpikir, ini sebuah pertanyaan
sederhana dan masuk akal. Setidaknya, ingin lebih tahu banyak tentang
kebiasaan sehari-hari orangtua di Jepang dalam mendidik anak-anak mereka. Sayang,
jawabannya tak sesuai dengan yang penulis inginkan. Mereka justru tertawa
lebar sembari mengatakan:
“Soreha muri, mata okasii dayo.”
(Itu adalah hal yang tidak mungkin, mustahil).
Perilaku
memeluk, menggandeng anak adalah sesuatu yang dianggap aneh baginya.
“Kami
tidak mungkin memegang pundak, memeluk anak-anak kami, apalagi menggandeng
tangan anak kami ketika berjalan bersama,” tambahnya.
Fenomena
ini kelihatannya mirip dengan di Indonesia. Bisa jadi itu adalah fenomena yang
mungkin juga terjadi di kebanyakan keluarga. Seorang ayah tidak terbiasa
memeluk anak-anaknya ketika mereka tumbuh dewasa. Sehingga memegang pundak,
merangkul dan mendekapnya adalah sebuah fenomena langka. Bahkan mungkin sudah
dianggap tidak wajar alias alias prilaku aneh bagi orangtua dan anak.
Antara Sentuhan dan Otak
Mari
kita bicara terlebih dahulu masalah kulit manusia sebelum melihat prilaku ini
apakah sesuai dengan fitrah kita atau tidak. Luas rata-rata kulit orang
dewasa adalah sekitar 1.67225 m². Setiap cm2 luas kulit, mempunyai
beribu-ribu saraf yang mempunyai fungsi sebagai sensor penerima.
Apa
yang ditangkap oleh sensor ini kemudian disampaikan ke otak dan kemudian diolah
untuk mengetahui kondisi di sekelilingnya. Panas dan dingin, halus dan kasar,
bulat dan kotak semua dapat kita rasakan karena fungsi kulit ini. Dan ternyata,
belaian kasih sayang juga muncul dan dirasakan karena adanya rangsangan yang
datang dari permukaan kulit.
Dalam
beberapa hari pertama kehidupan embrio calon bayi, sel-sel yang akan membentuk
bayi awalnya terdiri dari menjadi tiga lapisan. Endoderm (lapisan dalam) yang akhirnya
menjadi organ-organ internal tubuh, mesoderm
(lapisan tengah) menjadi otot dan tulang untuk menegakkan tubuh. Dan ektoderm
menjadi kulit dan sistem saraf.
Otak
dan kulit berasal dari lapisan yang sama, dan mereka berkembang bersama.
Ajaibnya sel-sel otak dan kulit ini akan terus berkembang tidak hanya sebelum
kelahiran, tapi juga dalam tahun pertama kehidupan sang bayi.
Studi
laboratorium telah menunjukkan bahwa hewan yang diberi sentuhan yang teratur
akan mengembangkan otak yang lebih besar. Sentuhan ini akan membangun tulang
dan otot yang kuat, sistem kekebalan yang lebih baik, dan tetap sehat
sebagai orang dewasa daripada hewan yang kehilangan sentuhan ketika muda.
Saat
bayi dipegang, dipeluk, dan mendapatkan makanan asi dari ibunya, dia
mendapatkan rangsangan penting untuk membangun hubungan saraf antara kulit dan
otaknya. Dengan menerima sentuhan dari keluarga atau pengasuh, sang bayi pada
gilirannya belajar bagaimana untuk menyentuh dan kemudian dapat menjelajahi
dunia luar. Sentuhan selama bulan-bulan awal pembentukan akan membangun sistem
saraf yang kompleks dan canggih sehingga kita dapat sepanjang hidup merasakan
berbagai tekstur, suhu dan merasakan bagian tubuh mana yang disentuh.
Tidak
dipungkiri, bahwa Rasulullah SAW adalah seorang pemimpin yang kampiun dan
berhasil. Ummatnya bukan saja berjumlah ratusan. Bahkan jutaan, dan saat ini
sudah milyaran. Bagimana mungkin beliau bisa diingat sampai saat ini, kalau
tidak ada sesuatu yang hebat di dalamnya?
Salah
satu yang penulis tangkap dari sejarah kehidupan beliau adalah ketika beliau
berhadapan dengan para sahabat dekatnya.
Sebelum
menyampaikan pelajaran penting, terkadang Rasulullah SAW. memegang pundak
sahabatnya. Adalah Abdullah bin Umar, seorang sahabat muda yang menyodorkan
dirinya agar dapat mengikuti perang Badar dan Uhud pada usia 13 dan 14 tahun. Walaupun
permintaan kuatnya tidak dikabulkan oleh Rasulullah dalam dua perang dahsyat
itu, pada usia 15 tahun akhirnya ia diperbolehkan mengikuti perang Khandaq
memperkuat barisan pasukan Muslim Muhajirin dan Anshar.
Pegangan
tangan Rasulullah di pundak Abdullah, pertanda apa yang akan disampaikannya
adalah hal yang sangat penting dan pesan yang perlu diperhatikan. Sentuhan
tangan khas sang Nabi pecinta anak yatim dan orang miskin ini, bisa jadi
membawa aroma tersendiri bagi Abdullah bin Umar. Keindahan alam fikiran akan
keasyikan kedekatan dengan sang kekasih pujaan, manusia mulia.
Dan
kemudian pesan penting itu pun akhirnya keluar dari mulut yang agung,
Rasulullah SAW. Sebuah nasehat super yang luar biasa. Mengingatkan bagi yang
masih punya hidup dan ingin mendapatkan kehidupan yang lebih hidup kelak.
"Bila
engkau berada di sore hari, maka jangan menunggu datangnya pagi; dan bila
engkau di pagi hari, maka jangan menunggu datangnya sore. Manfaatkan waktu
sehatmu untuk sakitmu, dan waktu hidupmu untuk matimu." (HR. Bukhari)
Rasulullah
SAW sering memegang pundak atau tangan para sahabatnya ketika memberikan
pelajaran yang penting. Agar yang diberi pesan menjadi ingat dan tidak mudah
melupakannya. Sentuhan tangan Rasul pujaan para malaikat ini menggambarkan
hubungan kasih sayang yang dekat. Sebagai tanda sayangnya seorang guru kepada
muridnya, ibarat seorang ayah kepada anaknya atau seorang komandan perang
kepada prajuritnya.
Rasulullah
SAW memang “sangat super sekali”, demikian meminjam istilah motivator dan
konsultan asal Indonesia Sis Maryono Teguh atau lebih dikenal dengan nama Mario
Teguh.
Baru-baru
ini ada sebuah hasil studi yang mengejutkan dunia penyembuhan penyakit lupa dan
marah. Terkadang orang semakin tua akan semakin menjadi pelupa dan pemarah.
Ternyata penyakit ini bisa disembuhkan dengan hanya sentuhan tangan.
Adalah
Akiko, seorang ibu muda dan ibunya yang sudah menginjak usia 70-an. Akiko
pusing tujuh keliling ketika menghadapi ibunya yang semakin tua semakin menjadi
pemarah dan pelupa. Pelampiasan marahnya tiba-tiba muncul. Tiba-tiba muncul
emosinya yang tidak terkendali. Dipukulnya Akiko dengan tangannya karena sebuah
kesalahan kecil.
Akiko
hampir menyerah dengan kondisi seperti ini. Ia menangis, tidak kuat menghadapi
kondisi ibunya yang suka uring-uringan. Kondisi yang membuat pikirannya kalut
dan sedih ini, tertolong ketika seorang dokter pijat Jepang memberikan saran
untuk memberikan pijatan spesial di kedua tangan ibunya setiap hari. Minimal 5
menit.
Maka
mulailah ia membawa handuk kecil yang sudah dicelupkan di air hangat. Ia
bungkus dan usap-usap tangan kedua ibunya dengan sabar dan hati-hati. Kemudian
ia buka handuk yang masih hangat itu, dan ia usapkan minyak pelicin di kedua
tangan ibunya. Ia memijit dengan gerakan usapan dari pergelangan tangan sampai
ke ujung jarinya. Harus dalam waktu kecepatan yang pasti, 5 detik! Itu adalah
petunjuk penting yang ia terima dari dokter pijat. Tidak boleh lebih cepat dari
5 detik dan tidak boleh lambat dari 5 detik. Ketika usapan-usapan itu ia
lakukan berulang kali. Kemudian menangislah ibunya dihadapannya. Ibunya terlihat
tersengguk-sengguk, bercucuran air matanya. Dan akhirnya ibunya mengucapkan
kata-kata yang selama ini hilang dan tidak pernah ia temukan kembali:
“Arigato,
arigato, arigato”.
Akiko
terkejut bukan kepalang. Baru kali ini ibunya kembali mengucapkan kata-kata
yang dahulu pernah ada di mulutnya.
Akiko
pun ikut menangis mendengar ucapan ibunya. Ia tidak dapat menahan linangan air
matanya. Butiran-butiran air jernih itu jatuh mengenai tangan ibunya. Menghapus
segala duka dan lara, segala penat dan letih, segala amarah dan keputus-asaan.
Usapan
tangan akiko di kedua tangan ibunya merubah segalanya. Ibunya menjadi
gembira, dan mudah tersenyum. Itulah hebatnya sebuah sentuhan. Yang dahulu
pernah diajarkan juga oleh Rasulullah SAW.
Aishar
r.a. meriwayatkan bahwa beberapa orang datang menemui Rasulullah SAW dan
berkata: "Apakah Anda
suka mencium anak-anakmu?" Rasulullah SAW menjawab: "Ya". Kemudian
mereka berkata: "Demi
Allah, saya tidak mencium anak-anak saya". Kemudian
Rasullullah SAW berkata: "Kemudian
apa yang harus saya lakukan jika Allah telah menjauhkan anda dari
rahmat-Nya." (Sahih Muslim, 5735)
Abu
Hurairah meriwayatkan bahwa Al-Aqra bin Habsi melihat Rasulullah SAW mencium
cucunya Hasan. Kemudan Al-Aqra bin Habsi berkata, "Saya punya 10 anak, akan tetapi saya tidak pernah
mencium satupun dari mereka". Kemudian Rasulullah SAW berkata:
"Seseorang yang tidak menunjukan kasih sayangnya, tidak akan ada rahmat
yang akan ditujukan kepadanya". (Sahih Muslim, 5736).
Peluk
dan ciumlah anak-anakmu, agar mereka tahu bahwa ayah sangat mencintai mereka.
Anak-anak yang ditampilkan ke dunia sebagai pendamping hidupnya. Ayah perlu
mengungkapkan perasaannya bahwa dirinya berjuang dengan mereka untuk mencapai
kemenangan hidup.
Berikanlah
kasih sayang padanya, karena itu merupakan tanda-tanda iman seseorang dan akan
berdampak memudahkan kita meraih surgaNya, sebagaimana dijanjikan Allah
di surat Al-Baqarah [2]:25
وَبَشِّرِ
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن
تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۖ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِن ثَمَرَةٍ رِّزْقًا ۙ
قَالُوا هَٰذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِن قَبْلُ ۖ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا ۖ
وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ ۖ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ ﴿٢٥﴾
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang
beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan
dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan
kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk
mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.
(25).”(QS. Albaqarah[2]:25)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar