Mengenali talenta atau
bakat anak tidak semudah yang dibayangkan. Kebanyakan orang tua terlalu
terburu-buru menyimpulkan bakat buah hatinya. Padahal, belum tentu misalnya
seorang anak berbakat menjadi pelukis hanya lantaran kita melihatnya amat gemar
mencorat-coret dinding. Tidak pula serta merta bisa dikatakan anak berbakat
menyanyi cuma karena kita mendengarnya hafal satu atau dua lagu.
Orang tua boleh merasa yakin akan bakat anak ketika
sudah diberi kesempatan untuk mencoba semua yang diminatinya. Pula, orang tua
akan lebih cepat mengetahui mana yang sebetulnya menjadi bakat anak, hanya jika
anak diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mencoba berbagai hal yang
memungkinkan di usianya.
Literatur menyediakan cukup banyak teori yang
menjelaskan tentang bakat. Yang populer adalah pengenalan bakat berdasarkan
kecerdasan majemuk (multiple intelligence) yang dikembangkan oleh Howard
Gardner. Gardner menggunakan istilah kecerdasan sebagai pengganti kata bakat,
yaitu kecerdasan logis matematis, musikal, spasial-visual, liguistik verbal,
kinestetik, naturalis, interpersonal, intrapersonal, dan eksistensial. Setiap
anak pasti memiliki sembilan kecerdasan tersebut, tetapi hanya satu-dua atau
lebih yang terlihat cukup menonjol dalam dirinya.
Supaya kecerdasan tersebut berkembang optimal,
rangsangan atau stimulasi menjadi kunci penting. Jika tidak diasah, bakat hanya
akan terpendam dalam diri anak yang tidak memiliki kesempatan menunjukkan
eksistensinya. Bakat semestinya seiring sejalan dengan minat. Sebab, sebelum
berkembang optimal, bakat dapat berhenti di tengah jalan bila tidak disertai
dengan minat.
CIRI BAKAT
Pada dasarnya orang tua dapat mencium ciri-ciri anak
berbakat dengan memperhatikan beberapa hal.
- Anak cepat menguasai bidang yang diajarkan. Sebagai contoh, saat sekali dua kali diajari musik ia langsung memperlihatkan kemampuan yang menonjol dibanding anak lain. Itu pertanda ia memang berbakat di bidang musik.
- Ciri kedua ditunjukkan oleh hasil optimal yang ditunjukkan anak. Manakala anak selalu memperlihatkan hasil yang optimal saat memperlihatkan kemampuannya, boleh diduga kuat ia memiliki bakat. Tentu saja anak-anak yang sekedar tekun tapi kurang berbakat akan sulit mendapatkan hasil yang setara.
- Tidak terlihat bosan denagn bidang yang ditekuninya. Setiap menjalankan kegiatannya ia selalu tampak bersemangat, serta bersedia menerima tantangan demi tantangan.
Setelah mengetahui bakat dan minat anak, saatnya orang
tua mencoba membantu mengarahkan dan mengasahnya. Sesekali anak juga perlu
dimotivasi untuk mengikuti lomba yang berguna agar orang tua mendapatkan
pembanding sekaligus mengasah mental anak.
Yang paling penting diingat oleh orang tua dalam
mengasah bakat anak adalah memberikan arahan dengan cara yang menyenangkan
dan tanpa paksaan. Tak jarang orang tua tanpa sadar terlalu menekan anak.
Sikap ambisius orang tua bukan cara yang baik untuk mengembangkan bakat dan
minat, dan hanya akan membebani si buah hati.
Selamat mengamati....)
(disadur
dari Klasika Keluarga, Kompas Minggu 29 Mei 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar